Ramai di kalangan kita melihat dunia budaya dan seni sastera kita sekadar dari ruang jendela hati yang terbatas, yang tampak sekadar di pinggiran. Kita sering melupakan dari mana kita datang dan ke mana hala tuju kita. Lebih malang kita sendiri tidak punya jati diri malah sering mempersendakan diri kita sebagai orang yang tidak punya harga diri.Tuesday, April 15, 2008
Budaya yang tercalar
Ramai di kalangan kita melihat dunia budaya dan seni sastera kita sekadar dari ruang jendela hati yang terbatas, yang tampak sekadar di pinggiran. Kita sering melupakan dari mana kita datang dan ke mana hala tuju kita. Lebih malang kita sendiri tidak punya jati diri malah sering mempersendakan diri kita sebagai orang yang tidak punya harga diri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
3 comments:
Barangkali nilai terhadap sesuatu itu telah diterjemah dalam bentuk yang lain apabila manusia lebih memilih 'terima apa yang ada' tanpa meninjau apakah bentuk bangsa kita kemudian. Akhirnya yang terjadi hanyalah semangat 'segera' tidak mengakar jati dalam diri dan budaya semata-mata keperluan bukan asas kepada keperluan.
Barangkali juga. Namun kita perlu bertanya kepada diri kita ini sejauhmana kita telah berusaha melaksana dan meletak sastera dan budaya kita di tempat yang sewajarnya dalam kerangka membantu membina jati diri bangsa. Apakah kita hanya jadi penonton ketika bangsa ini jadi porak peranda sehingga tidak mempunyai harga dan maruah diri?
Post a Comment